Minggu, 27 Mei 2012

Ini Cerita Saya. Kamu??

When we grew up and got the benefit from our ability


Bukan maksud sombong, apalagi ngebohong. Tapi cuma pengen berbagai pengalaman tentang apa yang pernah saya lewati. Berharap ini bisa menggugah diri tiap orang buat percaya kalau kita punya harapan pasti ada jalan biar semua jadi nyata.
Dulu saya pengen banget buat jadi pemain bola profesional, dipuji-puji orang, jadi terkenal. Apalagi dengan semua surplus mengenai keuntungan finansial. Ya betul, itu semuanya yang saya liat di luar negeri.
Persib u-18 tahun 2009

Nah itu foto waktu umur saya 17 tahun. Disini saya mulai mengenal lebih jauh tentang sepakbola di Indonesia, khususnya di Bandung. Persaingan ketat? Pasti lah. Ini Indonesia bung, dengan jumlah penduduk yang ratusan juta. Di bandung saja jumlahnya mungkin sudah mencapai puluhan juta. Suatu kebanggaan memang bisa masuk ke dalam tim ini.
Pandangan kita semakin terbuka luas, apa yang mau kita dapetin, kita capai, kita cita-citakan. Semuanya dibarengi dengan tekad kuat. Dan alhamdulillah, sama tim ini, kita dapet Juara 1 Piala Suratin tingkat Jawa Barat dan Empat Besar Piala Suratin tingkat Nasional. Dikarenakan enggak ada perebutan Juara 3 dan 4 alhasil saya sebut kita masuk empat besar.

Rizki Mulyawan dan Nova Ariyanto

Berkat tim ini saya bisa main satu lapangan bareng pemain liga kaya Nova Ariyanto. Senang sekaligus berharap suatu saat nanti bisa kayak dia.
Dari tim ini juga, saya bisa kenal mantan pemain persib di era 90an. Disini saya bisa kenal orang penting di kota Bandung. Disini saya bisa punya hubungan baik dengan banyak orang. Banyak keuntungan yang di dapat memang, mungkin yang kurang baik adalah mengenai pendidikan karena kita diharuskan dispen untuk sementara waktu biar bisa fokus.
Sedikit narsis. Bukti foto bermain bola bisa sambil berkelana.

Dimana saya bisa pergi dari satu kota ke kota lain, gratis pula. Saya rasa itu keinginan semua orang, pergi dengan biaya Rp 0. Di lain pihak setelah beres pertandingan malah kita yang diberi ganjaran dalam bentuk uang kertas. Hehe...
Malang, Surabaya, Madura, Sidoarjo. Kota yang dilewati kita karena main bola. Selain pertandingan juga kita diajak buat mengunjungi beberapa tempat bersejarah seperti Masjid Sunan Ampel, Masjid Cheng Ho, dll.
Salah satu pemberitaan di media massa

Ya betul, media akhir-akhir ini memang sangat berperan aktif. Dengan media, semua informasi bisa didapatkan dengan mudah. Foto di atas adalah salah satu pemberitaan yang saya abadikan. Memang masih banyak yang lainnya. Tapi ini bukti bahwa kita memang benar-benar diperhatikan dengan serius. Kita latihan saja ada beberapa wartawan yang rutin meliput. Bahkan saya pernah di wawancara oleh beberapa mahasiswi, kalau tidak salah ada empat mahasiswi dari Unpad. Sepertinya ada tugas yang harus mereka kerjakan dan kita dijadikan objek nya.
Belum lagi pemberitaan lainnya yang membuat kita "sedikit" dikenal. Mengapa sedikit? Ya karena kami bukan pemain senior yang selalu di perhatikan setiap gerak-geriknya. Kami sedang memantaskan diri untuk bisa menjadi yang terbaik. Dibantu dengan pemberitaan media salah satunya.
Selebrasi saat mencetak satu-satunya gol ke gawang Persijap u-18

Ini kejadian di Stadion Bangkalan, Madura. Pertandingan antara Persib u-18 vs Persijap u-18. Skor akhir adalah 1-0 untuk kemenangan kami. Dan pencetak gol nya adalah saya sendiri. Maaf bukan maksud untuk sombong, tapi saya bangga akan hal ini. Meskipun memang saya hanya sebagai pengganti. Tapi saya bisa memberikan kontribusi maksimal untuk tim.
Juga menepis anggapan orang bahwa saya hanya "benchwarmer". Celotehan yang sedikit membuat saya berpikir keras bagaimana untuk membalasnya. Dan inilah pembalasan saya :)


Number 13

Ini nomer punggung yang selalu saya pakai. Kalau orang lain bilang angka 13 itu bikin sial dan sebagainya. Buat saya ini nomer keberuntungan.
Memang tidak sepaham dengan orang sekitar adalah hobby saya. Dengan begitu ada motivasi terpendam untuk bisa memecahkan mitos yang berkembang di masyarakat.

"Badboy lebih baik daripada Criminalboy"
Dikutip dari Mario Teguh Golden Ways

Dimana kata itu akan saya bahas nanti di Write Zone. Secara garis besar menjelaskan bahwa seorang badboy adalah orang yang jika ada sesuatu tidak sesuai dengan prinsipnya, dia berusaha keluar dan menunjukkan apa yang menurut prinsipnya lebih baik. Karena badboy adalah orang-orang pemberani yang berada di sekeliling orang yang menikmati posisinya di "comfort zone".
Maka dari itu kita harus punya perbedaan dengan orang lain. Salah satunya di bidang sepakbola ini, saya berusaha untuk melawan mitos-mitos yang beredar. Dimana semua orang beranggapan jika melakukan sesuatu maka hasilnya akan seperti ini. Nah, diubah menjadi, bila melakukan sesuatu maka hasilnya akan seperti apa yang saya kerjakan. :)

Sekali lagi, posting-an ini bukan maksud untuk sombong. Tapi dari awal memang pembuatan blog ini saja saya beranggapan untuk bisa share setiap kejadian yang pernah saya alami. Mungkin bisa bermanfaat. Bagi yang hanya berniat untuk membaca saja, sudah punya keuntungan mengetahui saya lebih jauh. Hehehe...

terimakasih. Selamat membaca! :)

Jumat, 18 Mei 2012

Gazeebo

I've five words for this community.
Community, Football, Fun, Humble, Voluntary.

Community, ini adalah wadah buat kita yang suka maen bola tapi enggak tau mau dimana tempatnya. Ya disini, di depan Gedung Sate di dalem lapangan yg lantainya paving block. Disini bakalan banyak banget orang yang olahraga, posisi kita ada di tempat duduk panjang kedua deket sama pedagang kaki lima disana. 

Football, jelas lah olahraga ini yang dimainin. Seni mengolah bola, mau amatiran atau apapun ngegabung disini. Ngeluarin keringet biar badan sehat ya via olahraga buat ngerebutin satu bola doang. alias maen bola :)

Fun, niat kesana cuma buat hiburan doang sambil buang sisa metabolisme via keringet. Main bola sambil ketawa ketiwi nertawain orang yang jatuh, nertawain orang yang "dibolongin" alias ngelewatin bola diantara dua kaki lawan, ketawa gara-gara susah masukin bola ke gawang yang tiangnya pake batu plus jaraknya cuma dua langkah anak tk. Hahaha...


Humble, nah ini nih yang harus ditanamin bener sama kita yang ada di komunitas ini. Tau kan itu Gasibu? punya semua orang Bandung. Alhasil setiap ada event kaya acara band, balapan motor, kickfest, dsb. lapangan itu full enggak ada lahan yang tersisa. Dan kita pun MENGALAH. Mengalah disinisecara kepaksa enggak bisa olahraga disana dan kembali ke aktivitasnya masing-masing. Tapi semua itu dinikmati bersama.

Voluntary, satu lagi yang enggak mungkin ketinggalan. Kita tuh bakalan main bola kalau bolanya ada. Ya iyalah pasti main bola kalo ada bolanya. Soalnya kalau enggak ada yang bawa bola alhasil nebeng orang lain yang bawa bola. Sukarela disini adalah ya itu deh sukarela, suka maen bola, rela gabung sama orang. Ya itu sih makhluk sosial banget ya. Jadi ketergantungan kita adalah soal lapangan sama bola nya ada atau enggak, kosong apa enggak. Tapi itu semua wajar. Karena kami GAZEEBO Community :)

come and join us!!
everyday, early evening 3-6PM . FREE!
just bring your body and the ball for shoot your friend's face! :D

Tendangan Menembus Khayangan


(*salah satu goal yang menunggu dibuat jadi real)

        Seni menendang bola termasuk olahraga yang banyak digemari oleh masyarakat luas. Dari mulai anak-anak, remaja, dewasa sampai orang tua menyukainya. Ada yang memang fans dari salah satu tim sepakbola, ada yang mengerti tentang bagaimana permainan yang benar, ada juga yang hanya ikut-ikutan orang lain. Banyak alasan yang membuat seseorang menyukai olahraga yang dimainkan oleh 22 orang di dalam lapangan. Dimana semua orang yang berbeda latar belakang, ras, keyakinan dapat bersatu hanya untuk mendukung tim yang dicintainya. Mengherankan memang, ada magnet yang dapat menarik setiap orang untuk ikut merasa terlibat di dalamnya.
        Di Indonesia, induk organisasi sepak bola bernama PSSI. Diharapkan akan tercipta suasana kondusif dalam rangka meningkatkan prestasi sepakbola di Indonesia. Tapi tahukan anda berita yang muncul belakangan ini? Penulis masih awam dalam bidang ini. Tapi melhat berita seperti adanya perpecahan di dalam PSSI mengenai terbaginya kompetisi pada kasta tertinggi menjadi dua, IPL dan ISL. Ditambah lagi dengan kekalahan yang diterima timnas atas Bahrain 0-10. Membuat penulis tergerak untuk menyampaikan beberapa curahan hati atas kejadian ini. Sedikit mengomentari kinerja kepengurusan lebih tepatnya.
        Pertama, IPL dan ISL. Heran dan tak habis pikir. Dua kata yang menggambarkan keadaan ini. Heran, bagaimana tidak, Indonesia merupakan satu kesatuan. PSSI merupakan satu-satunya induk olahraga yang menaungi sepakbola. Masyarakat pun beragam tapi tetap satu jua, yaitu mendukung Indonesia. Tapi yang terjadi dalam tubuh PSSI berbeda, satu induk banyak cabang. Adanya dua kubu yang membuat kompetisi utama terpecah belah. Belum lagi tim-tim yang seharusnya belum layak menjadi bagian dari kompetisi ini malah diikutsertakan. Pemaksaan lebih tepatnya, tanpa melihat kapasitas yang dimiliki tiap tim. Ada unsur politik juga memang di dalamnya. Rasanya sudah tidak ada orang yang jujur di dunia ini. Dan kata “tak habis pikir”, sudah banyak suporter yang melakukan aksi protesnya terhadap keadaan PSSI yang labil. Tapi tetap saja orang di dalamnya teguh pada pendirian masing-masing, tanpa memikirkan kepentingan umum. Perlu diingat, sepakbola merupakan olahraga universal dimana memiliki fungsi yang salah satunya untuk menghibur orang banyak. Yang terjadi sekarang, IPL dan ISL jalan masing-masing, dampaknya tontonan pun kurang menarik.
        Kedua, kekalahan 0-10 dari Bahrain. Penulis beranggapan, ini merupakan akibat dari IPL dan ISL. Ada kebijakan dari Ketum PSSI, bahwa pemain timnas harus berasal dari kompetisi IPL yang berada di bawah naungan PSSI. Mengapa ISL tidak? Karena dianggap tim-tim dalam kompetisi ini telah melanggar peraturan yang ada. Miris memang. Perlu diketahui yang namanya “timnas”, merupakan sekumpulan pemain hasil seleksi dari seluruh wilayah Indonesia, tanpa dibatasi oleh apapun. Alasan inilah yang mendorong pelatih Indonesia sebelumnya, Rahmad Darmawan, untuk mengundurkan diri.
        Tidak semua pemberitaan mengenai PSSI selalu jelek, ada juga pemberitaan yang positif. Karena rasanya tidak akan pernah habis jika membicarakan tentang kejelekan. Hanya sebagian kecil penyebab yang dibahas pada paragraf sebelumnya. Mungkin ada 1000 alasan untuk berbuat kejelekan. Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika penulis memberikan beberapa saran untuk berlangsungnya organisasi yang kondusif. Melakukan beberapa hal untuk kontribusi positif.
        Opsi pertama, keinginan untuk mengeliminasi orang-orang dalam kepengurusan PSSI dari unsur politik. Anggota politik identik dengan KKN. Tidak diperbolehkan satu orang pun anggota partai politik masuk ke dalam dunia olahraga. Dengan begitu suasana kepengurusan dan citra PSSI akan dijauhkan dari berita miring. Orang-orang yang terpilih diharapkan merupakan orang yang memiliki kejujuran tinggi. Jujur itu sulit. Apalagi bisa diibaratkan, kita seperti tidur di atas uang jika mengurus sepakbola. Mengapa tidak, olahraga ini gudangnya uang. Itulah salah satu alasan banyak orang bersaing untuk mendapatkan kursi dalam PSSI.
        Lebih baik lagi jika saat pengangkatan kepengurusan, dilalui dengan proses penyeleksian seperti layaknya tes CPNS. Tentunya tidak akan sama persis dengan tes tersebut, disesuaikan dengan prosedur yang ada. Mungkin diberikan kriteria khusus seperti harus lulusan atau orang dari ruang lingkup olahraga seperti mantan atlet. Karena tanpa perlu beradaptasi lagi, mereka sudah tahu apa yang harus mereka lakukan, ini lahan mereka. Tentunya diharuskan memiliki komitmen yang tinggi dalam menjalaninya.
        Opsi kedua, dari masalah pembinaan atletnya. Diharuskan adanya manajemen yang benar, agar kompetisi berjalan di tiap jenjangnya. Dari umur 15, 18, 21, sampai senior. Dengan begitu regenerasi pun akan berjalan dengan baik. Melihat keadaan sekarang, pembinaan usia dini harus digalakkan kembali, menjaring pemain muda berbakat dan dimasukkan ke dalam suatu akademi. Karena akhir-akhir ini, ada atlet saat kelompok umur begitu menonjol, namun saat usia senior malah menghilang entah kemana. Tidak lain, pembinaan ini bertujuan untuk bisa mengharumkan Indonesia di masa mendatang.
        Jalan terakhir, untuk setiap orang yang menjadi bagian dari PSSI, harus memberikan jaminan. Jaminan berupa rumah, barang berharga, kendaraan ataupun uang gaji perbulan sesuai perjanjian yang dimiliki. Dengan begini akan ada tanggung jawab yang dibebankan. Harus melakukan kewajiban dengan benar sesuai dengan kontrak kerja yang ada. Jika dalam pelaksanaannya, orang tersebut melakukan korupsi atau pelanggaran lainnya. Maka barang jaminan diambil oleh badan yang mengawasi kinerja PSSI. Namun jika dalam pelaksanaannya tidak melakukan pelanggaran dan sesuai dengan kontrak kerja yang ada, maka akan mendapat reward berupa gaji/upah tiap bulan nya.  
        Kesemuanya ini tidak mungkin berjalan tanpa didukung oleh semua pihak saat pelaksanaannya. Butuh kerja sama agar tercapai tujuan organisasi. Dan perlu ditanamkan kejujuran serta jiwa ksatria dalam diri. Memang sulit, tapi sekali lagi, ini untuk kepentingan bersama dan Negara Indonesia. Semoga bermanfaat.
...@kimul92

         

Kamis, 17 Mei 2012

(Bangkrut) Prestasi Sepakbola (Meningkat)



        Nurdin Halid mundur!!!
        Pernah ingat seruan itu? Semua mencaci maki, semua mencela. Akibat dari kinerja buruk dalam menjalankan fungsi organisasi. Semua masyarakat dari berbagai daerah berbondong-bondong pergi ke Senayan untuk menyuarakan pendapat mereka.
        Terlepas dari anarkis yang ditimbulkan. Kasus itu membuktikan betapa cintanya seluruh warga Indonesia terhadap olahraga yang dimainkan oleh 22 pemain di lapangan. Ada magnet tersendiri dari cabang olahraga yang satu ini. Antusiasme juga fanatisme menjadi faham yang tak bisa dipisahkan. 
        Bicara tentang masalah yang menimpa persepakbolaan Indonesia, sepertinya tidak akan ada habisnya. Masalah timbul secara bergantian satu per satu. Dari mulai masalah sepele yang dibesar-besarkan, sampai masalah yang berhubungan dengan FIFA.
        Sebelum era kepemimpin PSSI sekarang, Nurdin Halid pernah menjabat sebagai ketua umum PSSI. Namun diakhir kepemimpinannya diwarnai dengan buruknya menjalankan fungsi sebagai induk organisasi yang menyebabkan geramnya masyarakat dan meminta Nurdin untuk mundur.
        Baru-baru ini dibawah kepemimpin Djohar Arifin, kita melihat bahwa kompetisi kasta tertinggi di Indonesia terbagi menjadi dua. Akibat dari adanya pihak yang pro dan kontra. Mengindikasikan adanya perpecahan, dimana yang diakui PSSI adalah IPL bukan ISL. Dengan adanya dua kompetisi, berdampak pada adanya beberapa peserta yang belum layak berada di kasta tertinggi tapi dipaksakan ikut serta.
        Tak perlu waktu lama untuk menunggu hasil dari perpecahan ini. Karena yang diakui adalah IPL, otomatis pemain timnas Indonesia hanya berasal dari kompetisi tersebut. Dengan materi yang pas-pasan, hasilnya Indonesia kalah dari Bahrain dengan skor 0-10. Semua tepuk jidad, semua mengelus dada. Hanya bisa pasrah dan akan selalu akrab dengan kata-kata “Ambil hikmah dari setiap kejadian yang terjadi”. Benar kan?  
Lalu mau sampai kapan kita mengambil hikmah tanpa bertindak? Mau sampai kita bangkrut akan prestasi baru kita akan berubah atau sampai dibubarkan secara paksa baruu mau berubah. Opsinya kurang bagus memang, tapi apa harus sampai begitu. Rasanya sekarang tinggal kesadaran untuk memajukan persepakbolaan Indonesia yang harus lebih digalakkan.
Untuk itu penulis akan menyampaikan pendapatnya untuk perkembangan induk organisasi sepakbola. Pertama, tentang pembinaan usia dini. Sesuai dengan tahap perkembangan olahraga, setiap jenjang kelompok umur akan ada perlakuan berbeda. Tidak mungkin atlet yang berusia 12 tahun program latihannya disamakan dengan atlet yang berusia 18 tahun. Dari aspek fisiologis, psikologis pun sudah berbeda. Maka dari itu dibuatlah tahap-tahapnya, karena yang diharapkan nanti adalah seorang atlet akan menampilkan penampilan terbaiknya saat usia emas. Yang terjadi di Indonesia, saat usia emas atlet malah hilang tak tau kemana. Jangan sampai terjadi lagi hal-hal seperti itu.
Bisa dijelaskan bahwa tahap perkembangan olahraga dibagi menjadi lima bagian. Pertama, Fundamental, bagi anak usia 6-9 tahun. Pada tahap ini, jangan dispesifikkan ke dalam satu cabang olahraga tapi harus mencakup semua gerakan dasar. Latihan yang dilakukan bisa berupa permainan, konsep dasar gerak dan vo2max yang hanya berupa Rockfot (jalan kaki 1mil). Kedua, Learning to Train, disini anak berusia 9-14 tahun mulai mengikuti latihan olahraga. Mulai diberikan latihan kekuatan dan kecepatan. Sudah masuk ke dalam mengidentifikasi bakat anak. Ketiga, Train to Train, anak berusia 13-16 tahun sudah masuk ke dalam tahap pencarian bakat anak. Vo2max sudah dibangun dengan benar juga kecepatan dikembangkan. Keempat, Train to Compete, usia 15-18 tahun. Merupakan tahap pengembangan bakat. Disiapkan untuk mengikuti kompetisi juga tahap penyempurnaan teknik. Dan yang kelima, Train to Win, diatas usia 18 tahun. Sudah mendapatkan latihan dengan intensitas tinggi. Latihan berlebihan pun harus dihindarkan. Merupakan waktu dimana puncak penampilan bisa diterapkan.
        Penjelasan paragraf di atas merupakan bahasan singkat mengenai pembinaan atlet. Selanjutnya, yang tak kalah pentingnya adalah menghilangkan segala bentuk KKN. Dalam karir atlet di kelompok umur, setiap penyeleksian tim kadang akan ada kasus-kasus seperti menyuap, sistem kedekatan, dll. Nah, pradigma ini harus dihilangkan untuk mendapatkan bibit pemain sepakbola yang murni dengan kemampuan mumpuni.
        Kemudian mengenai kepengurusan di PSSI. Sebaiknya dijauhkan dari unsur politik. Jika perlu, orang-orang parpol tidak boleh ada satu pun yang menjabat di kepengurusan. Mengapa demikian? Politik yang identik dengan korupsi dan masalah lainnya akan membuat konsentrasi menjadi terbelah dua. Tidak akan fokus dengan satu tujuan, memajukan sepakbola Indonesia. Oleh karena itu hilangkan unsur politik juga tikus-tikus nakal dalam tubuh induk organisasi olahraga yang terdiri dari 11 orang dalam satu tim. 
        Sulit memang untuk mengubah kepengurusan dalam sekejap dengan peraturan seperti itu. Tapi tanpa mencoba mana bisa kita tahu hasilnya. Jangan selalu mensugesti setiap kejadian yang belum dilakukan dengan kata “Ah itu sulit untuk diwujudkan!”. Jangan katakan itu. Optimislah, katakan bahwa dengan izin Allah SWT semua bisa dilakukan. Tinggal niat yang harus dikuatkan. Lagi penulis katakan, ini semua untuk kemajuan sepakbola Indonesia, hanya itu dan tidak ada yang lain.
        Jika setelah dicoba hal itu masih belum bisa direalisasikan, penulis akan memberikan opsi lain. Adalah dengan membuat peraturan baru dimana setiap anggota kepengurusan PSSI diharuskan memberikan jaminan berupa harta miliknya seperti rumah, mobil dan fasilitas lain yang harganya selangit selama masa jabatannya.
        Jadi begini aturannya, setelah ditunjuk menjabat dalam kepengurusan, diharuskan memberikan jaminan berupa barang seperti yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Jika prestasi selama kepengurusan ternyata buruk apalagi jika orang tersebut terlibat kasus korupsi, maka jaminan akan diberikan ke bagian pengawas kinerja kepengurusan PSSI. Yang nantinya barang itu akan diuangkan dan digunakan untuk membiayai fasilitas sepakbola, jika masih ada lebih diberikan ke panti asuhan. Dan jika saat masa kepengurusannya, prestasi sepakbola bertambah baik, maka barang jaminan dikembalikan dan ia pun akan menerima gajinya secara utuh.
        Mengapa demikian? Karena dengan begitu, para pengurus akan merasa bertanggung jawab atas apa yang akan mereka kerjakan nantinya. Dengan begitu, iya akan semaksimal mungkin bekerja keras untuk membuat hasil positif. Positif untuk sepakbola Indonesia, agar rakyat Indonesia bisa merasa bangga nantinya. Bahwa inilah sepakbola kita yang bisa berbicara baik dikancah Asia Tenggara, Asia bahkan juga dunia. Amin.
        Semua ini tidak bisa dilakukan tanpa kesadaran masyarakat dari berbagai kasta akan pentingnya perubahan yang mesti dilakukan. Perlu ada niat, juga usaha. Usaha pun bukan optimal tapi harus maksimal. Karena PSSI bukan milik satu golongan, tapi milik seluruh rakyat Indonesia. Mari wujudkan masa depan yang lebih cerah agar mimpi menjadi “Macan Asia” tercapai. @kimul92