Kamis, 17 Mei 2012

(Bangkrut) Prestasi Sepakbola (Meningkat)



        Nurdin Halid mundur!!!
        Pernah ingat seruan itu? Semua mencaci maki, semua mencela. Akibat dari kinerja buruk dalam menjalankan fungsi organisasi. Semua masyarakat dari berbagai daerah berbondong-bondong pergi ke Senayan untuk menyuarakan pendapat mereka.
        Terlepas dari anarkis yang ditimbulkan. Kasus itu membuktikan betapa cintanya seluruh warga Indonesia terhadap olahraga yang dimainkan oleh 22 pemain di lapangan. Ada magnet tersendiri dari cabang olahraga yang satu ini. Antusiasme juga fanatisme menjadi faham yang tak bisa dipisahkan. 
        Bicara tentang masalah yang menimpa persepakbolaan Indonesia, sepertinya tidak akan ada habisnya. Masalah timbul secara bergantian satu per satu. Dari mulai masalah sepele yang dibesar-besarkan, sampai masalah yang berhubungan dengan FIFA.
        Sebelum era kepemimpin PSSI sekarang, Nurdin Halid pernah menjabat sebagai ketua umum PSSI. Namun diakhir kepemimpinannya diwarnai dengan buruknya menjalankan fungsi sebagai induk organisasi yang menyebabkan geramnya masyarakat dan meminta Nurdin untuk mundur.
        Baru-baru ini dibawah kepemimpin Djohar Arifin, kita melihat bahwa kompetisi kasta tertinggi di Indonesia terbagi menjadi dua. Akibat dari adanya pihak yang pro dan kontra. Mengindikasikan adanya perpecahan, dimana yang diakui PSSI adalah IPL bukan ISL. Dengan adanya dua kompetisi, berdampak pada adanya beberapa peserta yang belum layak berada di kasta tertinggi tapi dipaksakan ikut serta.
        Tak perlu waktu lama untuk menunggu hasil dari perpecahan ini. Karena yang diakui adalah IPL, otomatis pemain timnas Indonesia hanya berasal dari kompetisi tersebut. Dengan materi yang pas-pasan, hasilnya Indonesia kalah dari Bahrain dengan skor 0-10. Semua tepuk jidad, semua mengelus dada. Hanya bisa pasrah dan akan selalu akrab dengan kata-kata “Ambil hikmah dari setiap kejadian yang terjadi”. Benar kan?  
Lalu mau sampai kapan kita mengambil hikmah tanpa bertindak? Mau sampai kita bangkrut akan prestasi baru kita akan berubah atau sampai dibubarkan secara paksa baruu mau berubah. Opsinya kurang bagus memang, tapi apa harus sampai begitu. Rasanya sekarang tinggal kesadaran untuk memajukan persepakbolaan Indonesia yang harus lebih digalakkan.
Untuk itu penulis akan menyampaikan pendapatnya untuk perkembangan induk organisasi sepakbola. Pertama, tentang pembinaan usia dini. Sesuai dengan tahap perkembangan olahraga, setiap jenjang kelompok umur akan ada perlakuan berbeda. Tidak mungkin atlet yang berusia 12 tahun program latihannya disamakan dengan atlet yang berusia 18 tahun. Dari aspek fisiologis, psikologis pun sudah berbeda. Maka dari itu dibuatlah tahap-tahapnya, karena yang diharapkan nanti adalah seorang atlet akan menampilkan penampilan terbaiknya saat usia emas. Yang terjadi di Indonesia, saat usia emas atlet malah hilang tak tau kemana. Jangan sampai terjadi lagi hal-hal seperti itu.
Bisa dijelaskan bahwa tahap perkembangan olahraga dibagi menjadi lima bagian. Pertama, Fundamental, bagi anak usia 6-9 tahun. Pada tahap ini, jangan dispesifikkan ke dalam satu cabang olahraga tapi harus mencakup semua gerakan dasar. Latihan yang dilakukan bisa berupa permainan, konsep dasar gerak dan vo2max yang hanya berupa Rockfot (jalan kaki 1mil). Kedua, Learning to Train, disini anak berusia 9-14 tahun mulai mengikuti latihan olahraga. Mulai diberikan latihan kekuatan dan kecepatan. Sudah masuk ke dalam mengidentifikasi bakat anak. Ketiga, Train to Train, anak berusia 13-16 tahun sudah masuk ke dalam tahap pencarian bakat anak. Vo2max sudah dibangun dengan benar juga kecepatan dikembangkan. Keempat, Train to Compete, usia 15-18 tahun. Merupakan tahap pengembangan bakat. Disiapkan untuk mengikuti kompetisi juga tahap penyempurnaan teknik. Dan yang kelima, Train to Win, diatas usia 18 tahun. Sudah mendapatkan latihan dengan intensitas tinggi. Latihan berlebihan pun harus dihindarkan. Merupakan waktu dimana puncak penampilan bisa diterapkan.
        Penjelasan paragraf di atas merupakan bahasan singkat mengenai pembinaan atlet. Selanjutnya, yang tak kalah pentingnya adalah menghilangkan segala bentuk KKN. Dalam karir atlet di kelompok umur, setiap penyeleksian tim kadang akan ada kasus-kasus seperti menyuap, sistem kedekatan, dll. Nah, pradigma ini harus dihilangkan untuk mendapatkan bibit pemain sepakbola yang murni dengan kemampuan mumpuni.
        Kemudian mengenai kepengurusan di PSSI. Sebaiknya dijauhkan dari unsur politik. Jika perlu, orang-orang parpol tidak boleh ada satu pun yang menjabat di kepengurusan. Mengapa demikian? Politik yang identik dengan korupsi dan masalah lainnya akan membuat konsentrasi menjadi terbelah dua. Tidak akan fokus dengan satu tujuan, memajukan sepakbola Indonesia. Oleh karena itu hilangkan unsur politik juga tikus-tikus nakal dalam tubuh induk organisasi olahraga yang terdiri dari 11 orang dalam satu tim. 
        Sulit memang untuk mengubah kepengurusan dalam sekejap dengan peraturan seperti itu. Tapi tanpa mencoba mana bisa kita tahu hasilnya. Jangan selalu mensugesti setiap kejadian yang belum dilakukan dengan kata “Ah itu sulit untuk diwujudkan!”. Jangan katakan itu. Optimislah, katakan bahwa dengan izin Allah SWT semua bisa dilakukan. Tinggal niat yang harus dikuatkan. Lagi penulis katakan, ini semua untuk kemajuan sepakbola Indonesia, hanya itu dan tidak ada yang lain.
        Jika setelah dicoba hal itu masih belum bisa direalisasikan, penulis akan memberikan opsi lain. Adalah dengan membuat peraturan baru dimana setiap anggota kepengurusan PSSI diharuskan memberikan jaminan berupa harta miliknya seperti rumah, mobil dan fasilitas lain yang harganya selangit selama masa jabatannya.
        Jadi begini aturannya, setelah ditunjuk menjabat dalam kepengurusan, diharuskan memberikan jaminan berupa barang seperti yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Jika prestasi selama kepengurusan ternyata buruk apalagi jika orang tersebut terlibat kasus korupsi, maka jaminan akan diberikan ke bagian pengawas kinerja kepengurusan PSSI. Yang nantinya barang itu akan diuangkan dan digunakan untuk membiayai fasilitas sepakbola, jika masih ada lebih diberikan ke panti asuhan. Dan jika saat masa kepengurusannya, prestasi sepakbola bertambah baik, maka barang jaminan dikembalikan dan ia pun akan menerima gajinya secara utuh.
        Mengapa demikian? Karena dengan begitu, para pengurus akan merasa bertanggung jawab atas apa yang akan mereka kerjakan nantinya. Dengan begitu, iya akan semaksimal mungkin bekerja keras untuk membuat hasil positif. Positif untuk sepakbola Indonesia, agar rakyat Indonesia bisa merasa bangga nantinya. Bahwa inilah sepakbola kita yang bisa berbicara baik dikancah Asia Tenggara, Asia bahkan juga dunia. Amin.
        Semua ini tidak bisa dilakukan tanpa kesadaran masyarakat dari berbagai kasta akan pentingnya perubahan yang mesti dilakukan. Perlu ada niat, juga usaha. Usaha pun bukan optimal tapi harus maksimal. Karena PSSI bukan milik satu golongan, tapi milik seluruh rakyat Indonesia. Mari wujudkan masa depan yang lebih cerah agar mimpi menjadi “Macan Asia” tercapai. @kimul92

Tidak ada komentar:

Posting Komentar