Seni menendang bola
termasuk olahraga yang banyak digemari oleh masyarakat luas. Dari mulai
anak-anak, remaja, dewasa sampai orang tua menyukainya. Ada yang memang fans
dari salah satu tim sepakbola, ada yang mengerti tentang bagaimana permainan
yang benar, ada juga yang hanya ikut-ikutan orang lain. Banyak alasan yang
membuat seseorang menyukai olahraga yang dimainkan oleh 22 orang di dalam
lapangan. Dimana semua orang yang berbeda latar belakang, ras, keyakinan dapat
bersatu hanya untuk mendukung tim yang dicintainya. Mengherankan memang, ada
magnet yang dapat menarik setiap orang untuk ikut merasa terlibat di dalamnya.
Di Indonesia, induk
organisasi sepak bola bernama PSSI. Diharapkan akan tercipta suasana kondusif
dalam rangka meningkatkan prestasi sepakbola di Indonesia. Tapi tahukan anda
berita yang muncul belakangan ini? Penulis masih awam dalam bidang ini. Tapi
melhat berita seperti adanya perpecahan di dalam PSSI mengenai terbaginya
kompetisi pada kasta tertinggi menjadi dua, IPL dan ISL. Ditambah lagi dengan
kekalahan yang diterima timnas atas Bahrain 0-10. Membuat penulis tergerak
untuk menyampaikan beberapa curahan hati atas kejadian ini. Sedikit
mengomentari kinerja kepengurusan lebih tepatnya.
Pertama, IPL dan ISL. Heran
dan tak habis pikir. Dua kata yang menggambarkan keadaan ini. Heran, bagaimana
tidak, Indonesia merupakan satu kesatuan. PSSI merupakan satu-satunya induk
olahraga yang menaungi sepakbola. Masyarakat pun beragam tapi tetap satu jua,
yaitu mendukung Indonesia. Tapi yang terjadi dalam tubuh PSSI berbeda, satu
induk banyak cabang. Adanya dua kubu yang membuat kompetisi utama terpecah
belah. Belum lagi tim-tim yang seharusnya belum layak menjadi bagian dari
kompetisi ini malah diikutsertakan. Pemaksaan lebih tepatnya, tanpa melihat
kapasitas yang dimiliki tiap tim. Ada unsur politik juga memang di dalamnya.
Rasanya sudah tidak ada orang yang jujur di dunia ini. Dan kata “tak habis
pikir”, sudah banyak suporter yang melakukan aksi protesnya terhadap keadaan
PSSI yang labil. Tapi tetap saja orang di dalamnya teguh pada pendirian
masing-masing, tanpa memikirkan kepentingan umum. Perlu diingat, sepakbola
merupakan olahraga universal dimana memiliki fungsi yang salah satunya untuk
menghibur orang banyak. Yang terjadi sekarang, IPL dan ISL jalan masing-masing,
dampaknya tontonan pun kurang menarik.
Kedua, kekalahan 0-10 dari
Bahrain. Penulis beranggapan, ini merupakan akibat dari IPL dan ISL. Ada
kebijakan dari Ketum PSSI, bahwa pemain timnas harus berasal dari kompetisi IPL
yang berada di bawah naungan PSSI. Mengapa ISL tidak? Karena dianggap tim-tim
dalam kompetisi ini telah melanggar peraturan yang ada. Miris memang. Perlu
diketahui yang namanya “timnas”, merupakan sekumpulan pemain hasil seleksi dari
seluruh wilayah Indonesia, tanpa dibatasi oleh apapun. Alasan inilah yang
mendorong pelatih Indonesia sebelumnya, Rahmad Darmawan, untuk mengundurkan
diri.
Tidak semua pemberitaan
mengenai PSSI selalu jelek, ada juga pemberitaan yang positif. Karena rasanya tidak
akan pernah habis jika membicarakan tentang kejelekan. Hanya sebagian kecil
penyebab yang dibahas pada paragraf sebelumnya. Mungkin ada 1000 alasan untuk
berbuat kejelekan. Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika penulis memberikan
beberapa saran untuk berlangsungnya organisasi yang kondusif. Melakukan
beberapa hal untuk kontribusi positif.
Opsi pertama, keinginan
untuk mengeliminasi orang-orang dalam kepengurusan PSSI dari unsur politik.
Anggota politik identik dengan KKN. Tidak diperbolehkan satu orang pun anggota
partai politik masuk ke dalam dunia olahraga. Dengan begitu suasana
kepengurusan dan citra PSSI akan dijauhkan dari berita miring. Orang-orang yang
terpilih diharapkan merupakan orang yang memiliki kejujuran tinggi. Jujur itu
sulit. Apalagi bisa diibaratkan, kita seperti tidur di atas uang jika mengurus
sepakbola. Mengapa tidak, olahraga ini gudangnya uang. Itulah salah satu alasan
banyak orang bersaing untuk mendapatkan kursi dalam PSSI.
Lebih baik lagi jika saat
pengangkatan kepengurusan, dilalui dengan proses penyeleksian seperti layaknya
tes CPNS. Tentunya tidak akan sama persis dengan tes tersebut, disesuaikan
dengan prosedur yang ada. Mungkin diberikan kriteria khusus seperti harus
lulusan atau orang dari ruang lingkup olahraga seperti mantan atlet. Karena
tanpa perlu beradaptasi lagi, mereka sudah tahu apa yang harus mereka lakukan,
ini lahan mereka. Tentunya diharuskan memiliki komitmen yang tinggi dalam
menjalaninya.
Opsi kedua, dari masalah
pembinaan atletnya. Diharuskan adanya manajemen yang benar, agar kompetisi
berjalan di tiap jenjangnya. Dari umur 15, 18, 21, sampai senior. Dengan begitu
regenerasi pun akan berjalan dengan baik. Melihat keadaan sekarang, pembinaan
usia dini harus digalakkan kembali, menjaring pemain muda berbakat dan
dimasukkan ke dalam suatu akademi. Karena akhir-akhir ini, ada atlet saat
kelompok umur begitu menonjol, namun saat usia senior malah menghilang entah
kemana. Tidak lain, pembinaan ini bertujuan untuk bisa mengharumkan Indonesia
di masa mendatang.
Jalan terakhir, untuk
setiap orang yang menjadi bagian dari PSSI, harus memberikan jaminan. Jaminan
berupa rumah, barang berharga, kendaraan ataupun uang gaji perbulan sesuai
perjanjian yang dimiliki. Dengan begini akan ada tanggung jawab yang
dibebankan. Harus melakukan kewajiban dengan benar sesuai dengan kontrak kerja
yang ada. Jika dalam pelaksanaannya, orang tersebut melakukan korupsi atau
pelanggaran lainnya. Maka barang jaminan diambil oleh badan yang mengawasi
kinerja PSSI. Namun jika dalam pelaksanaannya tidak melakukan pelanggaran dan
sesuai dengan kontrak kerja yang ada, maka akan mendapat reward berupa
gaji/upah tiap bulan nya.
Kesemuanya ini tidak
mungkin berjalan tanpa didukung oleh semua pihak saat pelaksanaannya. Butuh
kerja sama agar tercapai tujuan organisasi. Dan perlu ditanamkan kejujuran
serta jiwa ksatria dalam diri. Memang sulit, tapi sekali lagi, ini untuk
kepentingan bersama dan Negara Indonesia. Semoga bermanfaat.
...@kimul92
...@kimul92
Tidak ada komentar:
Posting Komentar